Menurut Edward Hall, seorang ahli Antropologi berkebangsaan
Amerika, orang Jepang termasuk ke dalam kategori Monocronic Time (M-Time).
Sebaliknya, jika mengacu pada ciri-ciri Polycronic Time (P-Time), maka orang
Indonesia masuk ke dalam kategori ini. Orang-orang dalam kategori P-Time bisa
mengerjakan lebih dari satu kegiatan dalam satu waktu, serta lebih mementingkan
hubungan kemanusiaannya. Sedangkan orang Jepang yang termasuk ke dalam kategori
M-Time biasa mengerjakan kegiatan tunggal dalam satu waktu, dikerjakan dengan
urut sesuai tahapan, dengan begitu hasilnya menjadi sangat berkualitas tinggi.
Dalam kesehariannya, memang terbukti orang Jepang memandang dengan memberikan nilai tinggi terhadap waktu. Oleh karena itu, mereka tidak pernah meleset, serta bisa mewujudkan apa yang pernah direncanakan. Bagaimana dengan kita yang tergolong ke dalam kategori P-time? Misalnya, jika kita janjian dengan seseorang, tiba-tiba di tengah perjalanan bertemu dengan teman, maka waktu bisa 'terbuang' semenit atau dua menit hanya untuk sekedar menyapa. Sedangkan orang Jepang, kegiatan menyapa hanya dilakukan dengan anggukan kecil sewaktu berpapasan, ditambah juga dengan perilaku khas yang diperlihatkan oleh wajah dan cara jalan, semuanya bisa tertangkap oleh orang lain bahwa orang Jepang tersebut dalam keadaan tergesa-gesa dan tidak mempunyai banyak waktu. Perilaku ketergesaan itu sangat dihargai dan dimaklumi oleh semua orang Jepang.
Jika sampai terjadi keterlambatan, orang Jepang akan membuat alasan dengan menyalahkan diri sendiri, bukan karena kendaraan atau penyebab lain selain dirinya. Kembali kepada rasa malunya dilihat banyak orang jika sampai diri sendiri ditegur oleh orang lain karena keterlambatannya.
Dalam kesehariannya, memang terbukti orang Jepang memandang dengan memberikan nilai tinggi terhadap waktu. Oleh karena itu, mereka tidak pernah meleset, serta bisa mewujudkan apa yang pernah direncanakan. Bagaimana dengan kita yang tergolong ke dalam kategori P-time? Misalnya, jika kita janjian dengan seseorang, tiba-tiba di tengah perjalanan bertemu dengan teman, maka waktu bisa 'terbuang' semenit atau dua menit hanya untuk sekedar menyapa. Sedangkan orang Jepang, kegiatan menyapa hanya dilakukan dengan anggukan kecil sewaktu berpapasan, ditambah juga dengan perilaku khas yang diperlihatkan oleh wajah dan cara jalan, semuanya bisa tertangkap oleh orang lain bahwa orang Jepang tersebut dalam keadaan tergesa-gesa dan tidak mempunyai banyak waktu. Perilaku ketergesaan itu sangat dihargai dan dimaklumi oleh semua orang Jepang.
Jika sampai terjadi keterlambatan, orang Jepang akan membuat alasan dengan menyalahkan diri sendiri, bukan karena kendaraan atau penyebab lain selain dirinya. Kembali kepada rasa malunya dilihat banyak orang jika sampai diri sendiri ditegur oleh orang lain karena keterlambatannya.